Saturday, 29 July 2023

Jurnal 2 Bunda Salihah : Temukan Tim

Setelah di jurnal sebelumnya para mahasiwi Bunda salihah diminta untuk memetakan masalah dan menuliskannya dalam problem statement, maka untuk kali ini para mahasiswi diminta untuk mencari tim untuk merumuskan solusi dari problem statementnya.  

 Ini tentu bukan hal yang mudah, tetapi sangat menantang. Ketika orang-orang yang memiliki problem yang sama, ataupun memiliki kepedulian di masalah yang sama, berkumpul dan membentuk tim. Dalam tahap ini, mahasiswi tidak diperkenankan mencari tim dari sesama calon ibu pembaharu. Tetapi dari awal disiapkan untuk menjadi change maker, mengajak orang melalui kampanye. Kami para mahasiswi sebagai founder gerakan sekaligus sebagai leader. Sedangkan para anggotanya berkedudukan setara dengan melalui kolaborasi, tidak ada unsur perintah memerintah, tapi bagaimana semua pihak berkontribusi dalam gerakan sesuai peran.

Aku menyusun user persona yang akan menjadi dasar aku mengambil langkah ke depan. 

Setelah itu aku menyusun story board atas apa yang aku rencanakan menjadi bahan kampanye. Ini tuh semacam garis besar isi kampanye di sosial media. Kenapa dibuat ini, supaya tidak melenceng dari rencana yang telah digariskan


Maka tibalah aku harus melakukan kampanye. Kampanye  yang aku lakukan adalah dapat diperiksa di tautan sbb:

https://www.instagram.com/reel/CvEnvPkOMfC/?utm_source=ig_web_copy_link&igshid=MzRlODBiNWFlZA==

Selain kampanye di sosial media yang aku miliki, aku juga kampanye di grup Hima Bersama Bandung Raya, tentunya dengan meminta izin dan difasilitasi oleh Tim Hima/admin.  Selain itu aku juga melamar Orang yang aku bidik melalui diskusi . kenapa membidik tokoh tersebut yang nota bene seorang bu RW ? Karena beliau dapat dikatakan tim ahli atau praktisi yang telah menjalankan solusi sampah di RW nya. Meskipun demikian belum tentu solusi yang beliau telah terapkan dapat diterapkan di tim kami, mengingat dan menimbang kekuatan tim ini. 

Akupun membuat rancangan soft skill dan hard skill yang dibutuhkan untuk menjalankan gerakan ini. Beberapa yang aku tulis adalah untuk soft skill diperlukan kemampuan beradaptasi, baik dengan sesama anggota tim maupun dalam gerakan ke depan, kemudian komunikasi dan berpikir kreatif, team work tentu saja dan time management serta problem solving.

Sedangkan untuk hard skill aku membutuhkan kemampuan marketing dan networking, desain materi edukasi, membuat konten edukasi sesuai materi, dan memastikan sosial media tetap berjalan hingga menuliskannya di sebuah website / blog.

Alhamdulillah untuk tahap awal telah terbentuk tim yang mencukupi  untuk menjalankan gerakan ini. Sejujurnya aku tidak menutup diri untuk perekrutan anggota tim baru, tergantung gerakan ini akan membesar seperti apa. yang diharapkan adalah dapat berkembang secara massif, dan membuat perubahan di banyak keluarga, minimal di cara pandangnya tentang sampah, syukur syukur hingga tahap pemilahan dan pengolahan. 


Bisa jadi masalah yang aku angkat ini bukan masalah baru, tetapi sangat dimungkinkan, solusi yang ditawarkan oleh tim kami nanti, menjadi solusi yang membahagiakan buat kami sendiri, maupun buat mereka yang memiliki permasalahan sama dengan gerakan tim ini.

HIngga saat ini tim belum merumuskan ataupun memutuskan nama gerakan. Pertemuan pekan ini baru sebatas kenalan dan saya menjelaskan lebih dalam mengenai gerakan ini. Tak lupa saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan mereka untuk berkolaborasi.

Alhamdulillah tim sudah ditemukan. Sudah dipertemukan. Siap membuat gerakan. Karena Every mother is a change maker.

Friday, 14 July 2023

Review Jurnal Satu

Hai teman teman Hexagonia, ini adalah kelanjutan dari jurnal pertama kemarin. Kami para Hexagonia yang belajar di tahap bunsal diminta mengidentifikasi masalah. Setelah kami menuangkannya dalam bentuk jurnal, maka tahap selanjutnya adalah harus siap melakukan review sekaligus siap-siap juga jurnalnya direview oleh Buddy, yaitu pasangan yang dipertemukan oleh Kampus Ibu Pembaharu.

Buddy ini kemungkinan akan berbeda tahap demi tahapnya. Yeay.. peluang dapat teman baru sepanjang perjalanan ini nantinya.

Untuk jurnal pertama ini, aku mendapatkan Buddy dari Kalimantan Selatan, namanya mbak Fatimah Elyani. Beliau adalah seorang ibu rumah tangga berusia 40 tahun yang dikaruniai 2 putri dan 1 putra.  Beliau juga memiliki amanah di ranah domestik maupun ranah publik. 

Berikut ini adalah review atas jurnal beliau 


1. Apa yang sudah baik dari jurnal buddy anda ?
Di sini mbak Fatimah telah berhasil memotret kondisi dirinya yang merasa terlarut dan terlalu  santai menjalani rutinitas sehari-hari sebagai seorang Ibu. 
Terkadang memang kondisi kesibukan di rumah itu seperti menyita waktu ya, memaksa pindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan berikutnya seolah tidak berujung. Akan tetapi ketika memiliki kandang waktu dari setiap aktivitas maupun amanah, insya allah semua dalam keadaan aman terkendali.


2. Apa yang perlu ditingkatkan atau dioptimalkan ? Apakah ada kelemahan dalam mengidentifikasi an menganalisa akar masalah ?
Mbak Fatimah tersadar bahwa terlalu santai dan larut dalam keseharian adalah sebuah masalah, ketika didiagnosa oleh dokter bahwa beliau sakit hipertiroid. Kondisi tersebut tentunya akan membutuhkan aktivitas baru di luar rutinitas keseharian, yaitu aktivitas pengobatan, yang tentunya ini akan membutuhkan energi, waktu dan juga finansial ke depannya nanti. 
Semoga mba Fatimah terus semangat, menjalani pengobatan hipertiroid ini. Dan kesabaran dan keikhlasan dalam menjalaninya dapat menjadi tabungan amal kelak. 


3. Apa yang menarik dari Problem Statement buddy anda ?
Masalah terbesar dan akar masalah sudah dicatat oleh Mba Fatimah dalam problem statement. Akan tetapi dalam menuliskan "kapan kita tahu masalah tersebut sudah selesai" penjelasan beliau masih sangat global. Sehingga saya pikir ini memerlukan potongan-potongan kondisi yang nantinya akan mendeskripsikan tahapan. 
Bisa jadi proses pengobatan hipertiroid itu sendiri memerlukan waktu yang panjang ya.
Seperti beliau sedikit menceritakan bahwa saat ini beliau mengonsumsi obat setiap hari dan cek FT4 serta TSH setiap bulan.
Pemeriksaan FT4 adalah salah satu tes darah untuk mengukur jumlah hormon tiroksin bebas. Jenis tes ini diperlukan guna mengetahui fungsi kelenjar tiroid, dan biasanya dilakukan bagi orang yang memiliki tanda-tanda gangguan tiroid.
Sedangkan tes TSH /  thyroid stimulating hormone adalah tes hormon yang diproduksi oleh kelenjar pituitari di otak yang membantu mengatur kelenjar tiroid.
Tentunya itu bukan hal yang mudah. 

Semoga tetap sehat hingga akhir bun Sal ya mbak Fatimah.





Sunday, 9 July 2023

Apa Masalahmu ?

Mulai bulan lalu, aku sudah terdaftar secara resmi di jenjang perkuliahan Bunda Saliha Institut Ibu Profesional. Seorang calon ibu pembaharu, serorang agen perubahan, karena every mother a change maker. Dan komunitas inilah yang akan menjadi kawah condrodimuko lahirnya seorang ibu pembaharu.


Dari manakah dimulai peran itu ? Yaitu dari proses menemukan permasalahan baik di diri maupun di sekitar, kemudian merekam permasalahan itu tak peduli sekecil apapun karena itu merupakan bentuk empati, dan akhirnya dari empati itu, ada satu aksi yang dapat memberikan solusi.


Ketika membicarakan tentang permasalahan, terkadang perlu waktu yang tenang untuk menemukannya. Pada saat awal aku merasakan kesulitan menemukan permasalahan ini. Sampai seorang kolega menegur, justru itu sebuah masalah buatku ketika aku tidak dapat menemukan masalahku apa. Akhirnya aku melihat lagi, mengamati lagi, berkaca pada diri, kemudian meluaskan pandangan. Barulah aku dapat menangkap beberapa sisi permasalahan, baik secara pribadi maupun kemasyarakatan. 



Berikut adalah permasalahan yang kutemui  sebagai seorang ibu bekerja yang memiliki 5 anak dewasa, paling kecil usia 15 tahun.

1. barang bekas menumpuk di rumah, kardus bekas paket, buble wrap, dsb. selalu terpikirkan ah simpan, siapa tahu nanti dipakai, demikian hingga berbulan-bulan, akhirnya menumpuk

2. Pernah membuat kompos dari sampah dapur, namun kini berhenti. Penyebab berhentinya apa ? antara malas dan bosan mungkin ya... 

3. Terkadang muncul rasa kesepian karena anak sudah besar-besar, tidak memerlukan lagi pelayanan fisik, sehingga ibu merasa banyak waktu luang, semua ingin dicoba, ingin menjadi ibu yang serba bisa, jadinya malah kurang fokus dan tidak memiliki spesialisasi pada satu bidang

Sementara itu kondisi sekitar rumahpun, anak-anak sudah terpapar gawai sejak bayi. Bisa dikatakan mereka tumbuh ditemani gawai. Anak-anak ini belum begitu mengenal buku dan bagaimana asyiknya berinteraksi dengan buku. Ini menjadi semacam PR buatku bagaimana ya .. peran apa ya.. yang dapat aku ambil di ranah ini..

Kemudian juga aku melihat ada beberapa pasang orang tua yang kondisinya sudah tinggal berdua suami istri dengan usia yang cukup renta, ada yang sedang sakit, ada juga yang pasangannya sakit.




Sebagai (calon) ibu pembaharu, penemuan masalah ini perlu disambut dengan suka cita. Karena ini ibarat menyongsong ilmu baru serta tempat bermain baru untuk mencari solusi dari setiap permasalahan yang ada. Bagaiman aku tahu bahwa permasalahanku sudah terselesaikan ? akupun membuat standar sederhana sbb

  1. Rumah lebih rapi, tidak ada tumpukan barang bekas 
  2. tanaman lebih subur terbantu oleh kompos bikinan sendiri 
  3. menekuni satu keahlian khusus yang dapat bermanfaat untuk diri dan sekitar 
  4. ada kegiatan literasi untuk anak-anak 
  5. ada peran serta lingkungan terhadap para lansia yang tinggal sendiri jauh dari anak-anaknya 
  6. memilah sampah sudah tersosialisasikan di sekitar rumah


Demikian adalah poin poin permsalahanku.. berharap aku dapat berpartisipasi dalam tim  mencari solusi 




Apabila semua hal di atas diringkas, makan terlihat dalam satu tabel  sbb








daftar pustaka :

https://bandungkota.bps.go.id/statictable/2021/03/23/1457/produksi-sampah-menurut-jenisnya-di-kota-bandung-2020.html